Senin, 11 Januari 2010

pengaruh pengetahuan tentang standar ujian nasional terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten batubara

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) dalam beberapa tahun ini menjadi satu masalah yang cukup ramai dibicarakan dan menjadi kontraversi dalam banyak seminar atau perdebatan.
Ujian Nasional sesungguhnya bisa diibaratkan seperti jamu, rasanya pahit namun bermanfaat bagi tubuh. UN memang seakan dipaksakan oleh pemerintah dalam rangka akselerasi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Sedangkan kondisi pendidikan di Indonesia hari ini masih jauh dari menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari minimnya sarana pendidikan, kualitas guru yang kurang memadai serta kesiapan sekolah-sekolah di daerah yang masih memprihatinkan.
Penelitian telah dilakukan pada UN 2004 oleh Universitas Negeri Yogya yang diketuai Prof DR Djemari Mardapi yang dilakukan di enam provinsi yaitu Sumbar, NTB, Kalsel, Yogyakarta, dan Jatim dengan sampel siswa SMP/ MTS, SMA/MA, dan SMK. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa sebanyak 86% siswa menyatakan dengan UN mereka lebih giat belajar, sebanyak 74% siswa lebih rajin mencari sumber bacaan, dan 44% siswa lebih rajin masuk sekolah.
Namun demikian, studi tersebut juga mengungkapkan terdapat 13% guru menyatakan bahwa UAN dapat menimbulkan kelelahan fisik bagi siswa, 17% guru menyatakan UAN mengakibatkan stress bagi siswa, dan 27% bahwa UAN dapat menambah biaya.
Adapun fenomena yang terjadi pada kegiatan guru dan murid ialah mereka sibuk mempersiapkan UN melalui bimbingan belajar, pendalaman materi, pengerjaan soal-soal (try out) serta kesibukan non teknis seperti doa bersama dan istighosah. Fenomena ini tidak akan terjadi manakala ujian yang diselenggarakan bukan UN. Fenomena lainnya adalah sikap guru-guru yang tidak siap dengan UN, serta melihat ketidakmampuan muridnya dalam mengerjakan soal, seperti yang terjadi di SMAN 2 Lubuk Pakam, Deli Serdang Sumut. Mereka mengubah jawaban atau mengisi jawaban UN yang kosong pada lembar jawaban murid-muridnya. Aksi mereka tertangkap tangan oleh satuan Densus 88 Polda Sumatera Utara ketika sedang mengubah LJUN Bahasa Inggris. Fenomena lainnya adalah ketidaklulusan 100% di SMA Villa Mas Jakarta, ini sangat mencerminkan ketidak-siapan insan pendidikan dalam menghadapi UN, sebuah SMA di Jantung Kota tidak siap dengan UN (apalagi di daerah), seakan membuktikan kepada pemerintah untuk membenahi dulu sarana dan prasarananya baru mengadakan UN.
Sementara itu, di SMPN 3 Limapuluh Kabupaten Batubara Sumatera utara 7 siswa tidak lulus pada UN 2008 lalu. Hal ini disebabkan nilai rata-rata siswa tidak mencapai standar nasional yaitu 5,25 untuk tiga mata pelajaran yang diujikan, yaitu: Bahasa Indonesia, Matemetika dan Bahasa Inggris. Dengan adanya standar kelulusan dan pengetahuan tentang standar ujian nasional, diharapkan siswa memiliki kompetensi yang berstandar nasional dan memiliki motivasi belajar yang tinggi. Motivasi adalah daya penggerak dari dalam untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Dengan adanya pengetahuan tentang standar ujian nasional ini, diharapkan siswa akan memiliki daya penggerak dari dalam untuk melakukan aktifitas belajar yang maksimal demi mencapai nilai standar nasional sehingga lulus UN. Lalu bagaimana dengan siswa SMPN. 3 Limapuluh? Apakah dengan adanya standar ujian nasional siswa termotivasi untuk lebih giat belajar ?
Berdasarkan uraian diatas disini penulis mengangkat permasalahan yang diberi judul “Pengaruh Pengetahuan Tentang Standar Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara”.

B. Identifikasi Masalah
1. Adanya siswa yang tidak lulus ujian nasional.
2. Kurangnya pengetahuan siswa tentang hakikat standar ujian nasional.
3. Kurangnya motivasi belajar pada sebagian siswa.
4. Adanya pengaruh pengetahuan tentang standar ujian nasional terhadap motivasi belajar siswa.
5. Kurangnya sarana prasarana pendidikan dan pembelajaran.
D. Batasan Istilah
1. Pengetahuan adalah informasi yang diketahui/disadari oleh manusia dan diperoleh melalui pengamatan indrawi . Pengetahuan dalam penelitian ini adalah informasi yang diketahui siswa tentang standar operasional dan kelulusan ujian nasional.
2. Standar adalah suatu yang harus dicapai untuk mendapatkan sesuatu. Standar dalam penelitian ini adalah standar operasional ujian nasional.
3. Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah..
4. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
5. Belajar adalah suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningktan diri melalui latihan dan pengulangan serta perubahan itu terjadi bukan karena kebetulan.


E. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas penulis membuat rumusan masalah dalam beberapa poin pertanyaan berikut :
1. Bagaimana pengetahuan siswa tentang standar kelulusan ujian nasional ?
2. Bagaimana motivasi siswa ?
3. Bagaimana pengaruh pengetahuan tentang standar ujian nasional terhadap motivasi belajar siswa ?

F. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengetahuan siswa tentang standar kelulusan ujian nasional.
2. Mengetahui motivasi belajar siswa.
3. Mengetahui pengaruh pengetahuan tentang standar ujian nasional terhadap motivasi belajar siswa.

G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Manfaat teoritis yaitu:
a) Menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan formal khususnya tentang standar ujian nasional
b) Sebagai dasar pendahuluan bagi yang akan membahas (meneliti) yang berkenaan dengan penelitian ini.

2. Manfaat praktis yaitu:
a. Sebagai masukan bagi seluruh pihak SMPN. 3 Limapuluh dalam mengoptimalkan etos kerja dan profesionalisme dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
b. Sebagai masukan bagi siswa tentang gaya belajar dalam menghadapi UN.
c. Sebagai bahan masukan bagi guru tindakan apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. UJIAN NASIONAL
1. Fenomena Ujian Nasional
Dalam menyikapi Ujian Nasional (UN) sebagian besar bangsa Indonesia terlihat emosional, suatu sikap yang biasa dilakukan bangsa ini bila menghadapi sesuatu yang dianggap merugikan. Seharusnya sikap yang diambil adalah sikap rasional dan realistis, kita harus berpandangan bahwa UN mempunyai manfaat yang banyak dimasa depan dalam menghadapi kompetisi bangsa-bangsa dalam persaingan global.
Ujian Nasional sesungguhnya bisa diibaratkan seperti jamu, rasanya pahit bila diminum namun berguna untuk diri kita apalagi dalam kondisi badan yang loyo, stamina dapat fit kembali setelah minum jamu.
UN memang seakan dipaksakan oleh pemerintah (sama seperti minum jamu harus dipaksa atau minumnya kadang terpaksa) yaitu dalam rangka akselerasi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Sedangkan kondisi pendidikan di Indonesia hari ini masih jauh dari menggembirakan ini bisa terlihat dari minimnya sarana pendidikan, kualitas guru yang kurang memadai serta kesiapan sekolah-sekolah di daerah yang masih memprihatinkan.
Adapun fenomena yang sesungguhnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan, ada pada kegiatan murid dan guru, mereka sibuk mempersiapkan melalui bimbingan belajar, pendalaman materi, pengerjaan soal-soal (try out) serta kesibukan non-teknis seperti doa bersama dan istighosah. Fenomena ini tidak akan terjadi manakala ujian yang diselenggarakan bukan UN. Belajar secara intensif tentu bagus dalam menghadapi UN, karena setiap ujian yang kita hadapi tentu kita harus siap, sedangkan proses belajar tidak semata-mata untuk mengadapi ujian di sekolah terlebih Ujian Nasional tapi proses belajar merupakan sarana pembelajaran bagi kehidupan yang lebih baik di masa datang..
Ada seorang siswa yang menyatakan kepada orang tuanya bahwa dia tidak mau ikut Ujian Nasional, karena takut tidak lulus. Orang Tua siswa membenarkan pendapat tersebut, karena malu sama tetangga jika anaknya tidak lulus Ujian Nasional dan menyampaikan hal tersebut kepada pihak sekolah. Kemudian pihak Sekolah dan Dinas memanggil orang tua siswa, dan menyampaikan agar siorang tua membujuk sianak untuk ikut Ujian Nasional. Dan siorang tua memembujuk sianak ikut Ujian Nasional asal sianak dijamin lulus dalam Ujian Nasional. Sebagaimana yang disampaikan oleh Armi bakar bahwa:
“Fenomena UN sudah membudaya di-kalangan orang tua, dan menjadi Paradigma Masyarakat, dengan kronologis:
a. Murid takut tidak lulus Ujian Nasional, malu sama teman.
b. Orang tua takut anak tidak lulus Unjian Nasional, malu sama tetangga.
c. Guru takut muridnya tidak lulus Ujian Nasional, malu gagal dalam mengajar.
d. Kepala Sekolah takut murid tidak lulus Ujian Nasional, malu dianggap gagal dalam memimpin.
e. Kepala Dinas takut banyak siswa yang tidak lulus Ujian Nasional, malu dianggap gagal dalam membina Kepala Sekolah.
Kelima hal diatas menghasilkan konsesi semua siswa yang ikut Ujian Nasional harus lulus. Hal ini menghasilkan Paradigma yang salah. Kenapa?
a) Kalau belum bisa kenapa harus lulus.
b) Kenapa harus meluluskan orang yang belum bisa.
c) Kenapa harus malu mengakui kekurangan.
d) Banyak orang malu mengakui bahwa ia tidak mampu.
e) Banyak orang membohongi diri sendiri, dengan mengangap diri manusia super.”

2. Pengertian Dan Tujuan Ujian Nasional (UN)
Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai usaha yang dapat menjembatani agar terwujudnya tujuan pendidikan nasional telah dilakukan, dari mulai, penataran guru-guru, perbaikan fasilitas pendidikan sampai perubahan kurikulum. Salah satu usaha pemerintah yang mendapat kontrapersi dari masyarakat adalah pelaksanaan ujian nasional.
Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pendidikan dasar adalah sekolah dasar SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah menengah adalah SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat. Tujuan ujian nasional menurut PERMENDIKNAS RI Nomor 78 tahun 2008 adalah:
“Tujuan ujian nasional adalah menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kegunaan Hasil UN adalah sebagai berikut :
a) Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
b) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;
c) Penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan;
d) Dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.”

3. Prosedur Operasional Standar Ujian Nasional (UN)
Prosedur operasional standar ujian nasional adalah ketentuan dalam pelaksanaan ujian nasional yaitu sebagai berikut :
a) Syarat Peserta
1. Memiliki laporan lengkap penilaian hasil belajar pada satuan pendidikan mulai semester I tahun pertama hingga semester I tahun terakhir
2. Memiliki ijazah atau surat keterangan lain yang setara, atau berpenghargaan sama dengan ijazah dari satuan pendidikan yang setingkat lebih rendah, atau memiliki bukti kenaikan kelas dari kelas III ke kelas IV untuk siswa Kulliyatul-Mu’alimin Al-Islamiyah (KMI)/Tarbiyatul-Mu’alimin Al-Islamiyah (TMI) yang pindah ke SMA, MA, dan SMK.
b) Pendaftaran Calon Peserta UN
1. Sekolah/madrasah penyelenggara UN melaksanakan pendaftaran calon peserta dengan menggunakan format pendaftaran dari Pusat Penilaian Pendidikan.
2. Peserta UN yang tidak lulus UN pada tahun sebelumnya berhak mengikuti UN Pada tahun berikutnya dengan mendaftar di sekolah/madrasah asal atau di sekolah/ madrasah yang menyelenggarakan UN.
3. Bagi SMK yang memiliki peserta didik yang tidak dapat mengikuti UN di sekolah asal, karena Praktek Kerja Industri (Prakerin) wajib mendaftarkan peserta didik yang bersangkutan untuk dapat mengikuti UN di sekolah yang ditetapkan sebagai penyelenggara UN;
4. Sekolah/madrasah penyelenggara UN mengirimkan daftar calon peserta ke Penyelenggara UN Tingkat Provinsi melalui Dinas Kabupaten/Kota/ Kandepag paling lambat dua bulan sebelum UN.
5. Penyelenggara UN Tingkat Provinsi mengkoordinasikan entri data calon peserta dengan menggunakan software yang diterbitkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik);
6. Penyelenggara UN Tingkat Provinsi mencetak dan mendistribusikan Daftar Nominasi Sementara (DNS) ke sekolah/madrasah penyelenggara UN melalui Dinas Kabupaten/Kota/Kandepag;
7. Sekolah/madrasah penyelenggara UN melakukan verifikasi DNS dan mengirimkan hasil verifikasi ke Penyelenggara UN Tingkat Provinsi melalui Dinas Kabupaten/Kota/Kandepag;
c) Penyelenggara UN
Adapun penyelenggara UN Tingkat Pusat Ditetapkan oleh BSNP, Tingkat Provinsi Ditetapkan oleh Gubernur, Tingkat Kabupaten /Kota Ditetapkan oleh Bupati /Walikota, Tingkat Sekolah/Madrasah. Ditetapkan oleh Kepala Sekolah/Madrasah.
d) Mata Pelajaran Yang Diujikan pada tingkat SMP/MTs/SMPLB
No. Mata Pelajaran Jumlah Butir Soal Alokasi Waktu
1 Bahasa Indonesia 50 soal 120 menit
2 Matematika 40 soal 120menit
3 Bahasa Inggris 50 soal 120 meni
4 IPA 40 soal 120 menit

e) Kelulusan
Peserta UN dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan UN sebagai berikut:
1. Memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.
2. Khusus untuk SMK, nilai mata pelajaran Kompetensi Keahlian Kejuruan Minimum7,00 dengan nilai teori kejuruan minimum 5,00 dan digunakan untuk menghitung rata-rata UN;atau
3. Pemerintah daerah dan/atau satuan pendidikan dapat menetapkan batas kelulusan di atas nilai sebagaimana dimaksud di atas.
f) Pemantauan
1) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan dilakukan oleh setiap Penyelenggara UN Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota serta Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
2) Untuk meningkatkan obyektifitas, transparansi, dan akuntabilitas UN dibentuk Tim Pemantau Independen (TPI) yang anggota utamanya berasal dari dosen, widyaiswara, anggota profesi pendidikan non guru dan mahasiswa tingkat akhir.
3) Pemantauan oleh TPI dilakukan pada tingkat sekolah/madrasah, kabupaten/kota, dan provinsi.
4) Pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk Sekretariat TPI yang melibatkan PTN, PTS, KOPERTIS, KOPERTAIS, Asosiasi Profesi Pendidikan Non-Guru dan LPMP.
g) Pengawas Ruang Ujian
1) Pengawasan di ruang ujian dilakukan oleh tim pengawas UN dengan sistem silang murni antara sekolah dengan madrasah.
2) Kekurangan pengawas di sekolah penyelenggara yang disebabkan oleh jumlah guru madrasah yang tidak mencukupi, maka pengawasan dilakukan dengan silang murni antar sekolah.
3) BSNP dapat mengusulkan pengawas UN yang tidak berasal dari sekolah/madrasah.
h) Pengolahan Hasil UN
1) Pemindaian (Scanning) lembar jawaban UN dilakukan oleh penyelenggara UN tingkat provinsi dengan menggunakan sistem dan standar penilaian yang ditetapkan oleh BSNP.
2) Daftar hasil pemindaian diskor oleh Puspendik dengan supervisi BSNP.
3) Daftar nilai hasil UN setiap sekolah diisi oleh penyelenggara UN tingkat provinsi sesuai dengan ketentuan BSNP.
4) Puspendik mengelola arsip permanen dari hasil UN di bawah koordinasi dan tanggung jawab BSNP.

B. MOTIVASI BELAJAR
1. Pengertian Motivasi Belajar
Salah satu keberhasilan pendidikm adalah bagaimana pendidik dapat memotivasi peserta didik, karena jika peserta didik sudah termotivasi untuk belajar maka mereka akan selalu bergairah belajar walau tidak ada guru disamping mereka. Untuk memberikan pengertian motivasi belajar, ada baiknya terlebih dahulu diberikan pengertian “motivasi dan belajar” secara terpisah. Hal ini dimaksudkan agar dapat dirumuskan pengertian motivasi belajar secara lebih luas. Menurut Sardiman A.M. perkataan motivasi sering disebut sebagai motif yang diartikan “sebagai daya upaya yang mendorong seseorang“ jadi motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Pengertian diatas mengandung 3 elemen penting yaitu sebagai berikut:
a) Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi didalam sistem neuropsychological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut pada kegiatan fisik manusia.
b) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/ feeling dan afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan.
Berdasarkan elemen diatas maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai suatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya perubahan energi yang ada dalam diri manusia, sehingga akan berhubungan dengan persoalan kejiwaan, perasaan, dan emosi yang kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Motivasi dapat juga dikatakan sebagai “daya penggerak atau pendorong untuk melakukan suatu pekerjaan” yang biasa berasal dari dalam diri (instrinsik) dan juga dorongan dari luar (ekstrinsik).
Adapun motivasi seseorang dalam melaukan suatu perbuatan harus dimulai dengan niat dan kemauan. Jika dalam diri seseorang tidak ada motivasi melaksanakannya atau karena terpaksa, tentu hasil dari yang dilakukannya kurang memuaskan mungkin tidak berhasil. Berkaitan dengan hal ini Allah SWT berfirman dalam surat Al-anfal : 53
                   

Artinya :"(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah."

Dari ayat diatas tampak bahwa dalam melakukan perubahan terhadap sesuatu dimulai dari diri sendiri (motivasi instrinsik). Jadi tanpa adanya motivasi instrinsik yang timbul dari diri seseorang, maka ia tidak memiliki niat atau semangat dalam melakukan sesuatu.
Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan, dorongan untuk memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan itu. Motif adalah daya penggerak didalam diri orang untuk melakukan setumpuk aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Motif itu merupakan suatu kondisi disposisi internal (kesiapsiagaan). Sedangkan motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu.
Menurut Nana Syaodi Sukmadinata, dalam bukunya “Landasan Psikologi Proses Pendidikan” mengatakan bahwa:
"Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar individu. Terhadap tenaga-tenaga tersebut para ahli memberikan istilah yang berbeda seperti : desakan (Drive), motif (Motive), kebutuhan (need), dan keinginan (wish). Walaupun ada kesamaan dan semua mengarah kepada motivasi beberapa ahli memberikan arti khusus terhadap hal-hal tersebut. Desakan (drive) diartikan sebagai dorongan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani. Motif (motive) adalah dorongan yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis dan kerohanian. Kebutuhan (need) merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya suatu kekurangan, atau ketiadaan suatu yang diperlukannnya. Keinginan (wish) adalah harapan untuk mendapatkan atau memiliki sesuatu yang dibutuhkan. Walaupun ada variasi makna keempat hal tersebut sangat bertalian erat dan sukar dipisahkan, dan semuanya termasuk suatu kondisi yang mendorong individu melakukan kegiatan. Kondisi tersebut disebut motivasi"

Motivasi memiliki 2 komponen yakni komponen dalam( inner komponen) dan komponen luar (outer komponen). Komponen dalam adalah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas dan ketegangan psikologis. Komponen luar adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan dan tujuan yang hendak dicapai.
Belajar adalah proses perubahan lahir dan juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah laku yang nampak, tetapi juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan itu bukan perubahan yang negatif tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahan yang menuju kearah kebaikan atau kemajuan.
Selanjutnya pengertian belajar menurut Muhammad Uzer Usman adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan serta perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.
Menurut Sumardi Surya Brata suatu yang disebut belajar yaitu bila :
a) Belajar itu membawa perubahan (dalam diri, aktual maupun potensial)
b) Perubahan itu pada pokoknya dapat menimbulkan kecakapan baru dan
c) Perubahan itu terjadi karena usaha sengaja.
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak pisikis didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar baik disekolah maupun dibidang lainnya.

2. Fungsi Motivasi
Adapaun fungsi motivasi sehubungan dengan proses belajar mengajar menurut Sardiman A.M adalah sebagai berikut:
a) Mendorong siswa untuk berbuat, menjadi penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b) Menentukan arah kegiatan, yakni menentukan arah tujuan yang hendak dicapai.
c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dan serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat.

Kemudian motivasi dapat berfungsi sebagai usaha dalam pencapaian prestasi. Seseorang melakukan sesuatu usaha karena adanya motivasi. Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar maka akan menunujukan hasil yang baik, begitu juga sebaliknya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono, yang mengatakan bahwa :
“Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah :
a) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir. Contohnya setelah seseorang siswa membaca suatu buku bacaan, kemudian kita bandingkan dengan teman sekelasnya yang juga membaca buku dan bab yang sama, tetapi ia kurang berhasil menangkap isi dari bacaanya tersebut, sehingga ia terdorong untuk membacanya lagi.
b) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya sebagai ilustrasi atau perbandingan, jika terbukti usaha belajar seseorang belum memadai, maka ia akan berusaha setekun temannya (bandinganya) yang belajar dan berhasil.
c) Mengarahkan kegiatan belajar sebagai ilustrasi setelah ia ketahui bahwa dirinya belum belajar serius, misalnya ia terbukti banyak bersenda gurau sehingga ia mengubah perilaku belajarnya.
d) Membesarkan semangat belajarnya, sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan dana belajar dan masih ada adik yang dibiayai orang tua, maka ia akan berusaha agar cepat lulus.
e) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja sebagai tujuan seseorang untuk memenuhi hidupnya. (sembari istirahat atau bermain).”

Kelima hal tersebut menunjukan betapa pentingnya motivasi yang disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka pekerjaan akan terselesaikan dengan baik. Dengan demikian, jelaslah bahwa motivasi memiliki peranan dan fungsi untuk menentukan minat belajar siswa dalam mengikuti pendidikan. Seorang siswa akan rajin belajar bila motivasi belajar yang dimlikinya sangat kuat. Misalnya dengan cara selalu hadir ke sekolah untuk mengikuti pelajaran, sering bertanya, membaca buku, menulis dan menganalisa segala masalah yang berkenaan dengan pelajaran yang sudah, sedang dan yang akan dipelajarinya. Begitu juga sebaliknya jika siswa kurang memilki motivasi, maka prestasi belajarnya akan buruk.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, yaitu faktor intern (dalam diri) da faktor ekstern (lingkungan).
a) Faktor Intern
Banyak faktor yang ada dalam diri individu atau pelajar sehingga dapat mempengaruhi usaha dan keberhasilan belajar. Faktor-faktor tersebut menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah dari individu.
Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memliki kondisi fisik yang berbeda, ada yang tahan belajar selama lima jam atau enam jam terus menerus, tetapi ada pula yang hanya tahan satu atau dua jam saja. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Indra yang paling penting dalam belajar adalah penglihatan dan pendengaran. Seseorang yang penglihatan atau pendengarannya kurang baik maka akan berpengaruh kurang baik terhadap usaha dan hasil belajarnya. Kesehatan merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan belajar.
Dalam belajar, aspek psikis atau rohaniah juga tidak kalah pentingnya dengan aspek jasmaniah. Aspek psikis menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan intelektual, sosial, psikomotor, serta kondisi afektif dari individu. Seorang yang sehat rohaninya adalah orang yang terbebas dari tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan perasaan, kebiasaan buruk yang mengganggu, frustasi, dan konflik-konflik psikis.
Hal lain yang ada pada diri individu dan berpengaruh terhadap kondisi belajar adalah bakat. Bakat ialah “suatu pembawaan yang potensial dan mengacu pada perkembangan kemampuan akademis (ilmiah) dan keahlian (profesional) dalam berbagai kehidupan”.
Siswa akan lebih mudah menerima pelajaran dari guru bila yang diajarkan sesuai dengan bakatnya. Misalnya siswa yang memilki bakat berhitung, tentu akan lebih mudah menerima pelajaran yang berkenaan dengan ilmu hitung. Dengan adanya bakat tersebut maka kesempatan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa lebih tinggi daripada siswa yang sama sekali tidak memiliki bakat terhadap suatu materi pelajaran. Selain itu, perlu juga diperhatikan Minat, teknik belajar, bentuk catatan yang dipelajari, pengaturan waktu belajar, tempat dan fasilitas belajar lainnya.
b) Faktor Ekstern
Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, yang dapat memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik, sosial dan psikologis yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak. Yang termasuk faktor fisik dalam lingkungan keluarga adalah: keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah tenang atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan disekitar rumah.
Dalam agama Islam Nabi Muhammad SAW juga memotivasi umatnya untuk belajar. Hal ini sesuai dengan hadist nabi sbb :
حدثني نصربن على اخبرناخالدبن يزيد العتلي عن ابن جعفرالرزي عن الربيع بن انس عن انس بن ما لك قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من خرج في طلب العلم فهو في سبل الله حتى يرجع (روه الترمذى)

Artinya : Nasar Bin Ali menceritakan kepada kami, Khalid bin Yazid Al'atali memberitahukan kepada kami dari Abu Ja'far ar-Razi dari Ar-rabi' bin Anas bin Malik berkata: " Rasulallah SAW bersabda :" barang siapa keluar dari rumahnya untuk mencari ilmu, maka dia dalam jihad dijalan Allah sehingga ia kembali" ( H.R. Tirmizi)

Berdasarkan hadis diatas, dapat kita simpulkan bahwa rasulallah SAW menjelaskan barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka orang tersebut dalam keadaan jihad di jalan Allah sampai ia kembali ke rumah. Hadist diatas merupakan motivasi belajar yang sangat baik bagi umat muslim, karena orang yang menuntut ilmu digolongkan kepada orang yang sedang menjalankan jihad. Sehingga segala perbuatan menuntut ilmu mendapat pahala dan apabila meninggal akan mati syahid.
Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswa. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekolah, sarana dan prasaran belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar dan sebagainya, guru-guru serta staf sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, berbagai kegiatan kokurikuler dan sebagainya. Sekolah yang kaya dengan aktifitas belajar, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, terkelola dengan baik, diliputi suasana akademis yang wajar, akan sangat mendorong semangat (motivasi) belajar siswa.
Lingkungan masyarakat dimana siswa atau individu berada, juga berpengaruh terhadap semangat dan aktifitas belajar. Lingkungan masyarakat dimana warganya memilki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar didalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi mudanya.
Ada banyak pengaruh lingkungan masyarakat terhadap tumbuh tidaknya motivasi belajar siswa. Banyak ayat-ayat Alqur’an yang menegaskan keterpautan masyarakat dalam memberikan pendidikan dan pengajaran. Dalam pelaksanaan pendidikan, baik formal maupun non formal. Buku merupakan sarana yang paling utama dan membaca merupakan aktifitas yang utama. Dengan membaca, seseorang dapa memperluas cakrawala pemikirannya. Demikian pentingnya kegiatan membaca dalam kehidupan manusia, bahkan Allah SWT sendiri menurunkan ayat Aqur’an yang pertama adalah membaca. Membaca dalam pengertian ayat ini tidak hanya membaca apa yang tersurat (buku-buku dan sebagainya), tetapi juga apa yang tersirat (alam dan isinya). Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam Surat Al-alaq ayat 1-5 yaitu:
                        

Artinya: “Bacalah dengan nama tuhan yang menciptakan engkau. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa membaca dapat menyampaikan kepada seseorang apa yang belum diketahui menjadi diketahui. Dari kegiatan membaca dapat diperoleh juga kemampuan menerapkan hasil yang dibaca, munculnya perubahan, dan daya ingatan lebih tahan lama.

4. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Motivasi belajar sangat memberikan peranan dalam mengantar peserta didik mencapai prestasi. Untuk itu, pendidik harus berupaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Oemar Hamalik mengatakan bahwa :
“Ada beberapa cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi :
1. Memberi angka (penilaian). Umumnya siswa ingin mengetahui hasil pekerjaanya berupa angka yang diberikan oleh guru. Murid yang mendapatkan angka baik akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya murid yang mendapat angka kurang mungkin akan frustasi atau justru sebaliknya menjadi pendorong semangatnya untuk terus belajar lebih baik.
2. Pujian. Pemberian pujian kepada siswa atas keberhasilanya terhadap hal-hal yang telah dilakukannya dapat bermanfaat sebagai pendorong belajar siswa tersebut.
3. Hadiah. Cara ini dapat juga dilakukan guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun pada siswa yang mendapatkan hasil belajar baik.
4. Kerja kelompok. Dalam kerja kelompok dimana dilakukan kerjasama dalam belajar. Dalam belajar kelompok biasanya terdapat perasaan mempertahankan nama baik kelompok sehingga dapat menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.
5. Persaingan. Bila kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif social yang baik bagi siswa, namun terkadang persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan.”

Sedangkan menurut De Decce ada 4 cara guru meningkatkan motivasi belajar anak didik kearah yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Keempat cara tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menggairahkan Anak Didik
Dalam kegiatan rutin dikelas guru harus berusaha menghindarkan hal-hal yang monoton dan membosankan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek kelain aspek pelajaran dalam situasi belajar. Untuk dapat memberikan kegairahan anak didik dalam belajar, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal mengenai anak didiknya. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein dalam bukunya: Strategi Belajar Mengajar, mengatakan bahwa:
“Dalam usaha untuk membangkitkan gairah belajar anak didik, ada enam hal yang harus dikerjakan oleh guru, yaitu : 1) membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. 2) menjelaskan secara konkret kepada anak didik apa yang dapat dikukan pada akhir pengajaran. 3) memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik dikemudian hari. 4) membentuk kebiasaan belajar yang baik. 5) membantu kesulitan belajar anak secara individual maupun kelompok. 6) menggunakan metode yang bervariasi”.

2. Memberikan Harapan Yang Realistis.
Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik dimasa lalu. Dengan demikian guru harus dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, psimistis, atau terlalu optimis. Bila anak didik telah mengalami banyak kegagalan, maka guru harus memberikan motivasi atau dorongan keberhasilan kepadaa siswa.
3. Memberikan Insentif
Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik (pujian, angka yang baik dan sebagainya) atas keberhasilan siswa. Sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
4. Mengarahkan perilaku anak didik
Guru dituntut untuk memberikan respon kepada anak didik berkaitan dengan perilaku anak didik, karena mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Anak didik yang tidak bisa tenang, selalu membuat keributan dan sebagainya harus diberikan teguran secara arif dan bijaksana. Usaha menghentikan perilaku anak didik yang negatif dengan memberi gelar yang tidak baik adalah kurang manusiawi. Jadi cara mengarahkannya adalah dengan memberi tugas atau memberikan hukuman yang mendidik dan menegurnya dengan baik.

C. KERANGKA PIKIR
Kerangka pikir penelitian ini berangkat dari adanya siswa yang tidak lulus ujian nasional, serta kebijakan pemerintah dalam meningktkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran kompetensi atau mengevaliasi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Ujian nasional bukan satu-satunya cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, tetapi kebijakan ini merupakan langkah awal dalam meningkatkan dan mencapai tujuan pendidikan nasional. Selain evaluasi, motivasi juga bagian yang penting dalam proses pembelajaran, karena motivasi adalah dorongan yang timbul karena ingin mendapatkan sesuatu (tujuan). Ujian nasional yang ditetapkan oleh pemerintah memiliki Standar ujian yang setiap tahunnya terus bertambah. Sehingga secara tidak langsung mendesak siswa untuk memiliki pengetahuan tentang standar ujian nasional agar dapat mengikuti Un dengan baik dan dapat meraih kelulusan. Melalui pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional dapat memotivasi dirinya untuk lebih giat belajar demi mencapai tujuan yaitu lulus ketika mengikuti ujian nasional (UN).











D. Hipotesa penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teoritis dan kerangka pikir maka hipotesa dalam penelitian ini ialah: “Terdapat pengaruh positif antara pengetahuan tentang standar ujian nasional terhadap motivasi belajar siswa”










BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Objek Penelitian
1. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Limapuluh yang beralamat di Jln. Tanjung Tiram Desa Bulan-Bulan, Kecamatan limapuluh Kab. Batubara. Nomor induk sekolah ini adalah 201070611153 dengan jenjang akreditasi B. SMP Negeri 3 Limapuluh berdiri sejak tahun 1988 dengan status tanah akta camat dan memiliki luas 8.040 m. Sekolah yang berdiri sejak 20 tahun lalu ini dibangun oleh pemerintah atas permintaan masyarakat desa Bulan-Bulan.
Ditinjau dari segi letaknya, sekolah ini berada pada lokasi yang strategis. SMP Negeri 3 Limapuluh terletak di pinggir jalan walau sedikit menjorok kedalam. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar tidak terganggu oleh suara kendaraan. Namun, sekolah ini masih dapat terlihat oleh masyrakat yang melintas di jalan raya. Disebelah timur terdapat pusat pasar mingguan, dan sebelah utara berjajar toko yang menjual alat tulis kantor (ATK). Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2009

2. Keadaan Tenaga Pengajar
Guru adalah orang yang memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar disuatu lembaga pendidikan formal. Berhasil atau tidaknya suatu lembaga pendidikan sangat dipengaruhi tenaga pendidik dan pengajarnya, karena itu latar belakang pendidikan sangat penting artinya untuk mendapatkan guru yang berkualitas dan professional. Demikian halnya yang terjadi di SMP Negeri 3 Limapuluh.
Jumlah guru dan staff tatausaha di SMP Negeri 3 Limapuluh sebanyak 25 orang. Untuk mengetahui secara rinci latar belakang pendidikan guru dan staff tatausaha di SMP Negeri 3 Limapuluh, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1
Latar Belakang Pendidikan Guru dan Staf Tatausaha
SMP Negeri 3 Limapuluh
No Pendidikan Terakhir Frekwensi %
1 SMP 2 8%
2 SMU 4 24%
3 D1 - -
4 DI-2 - -
5 D-3 1 4%
6 Sarjana (S1) 17 68%
7 Magister (S2) 1 4%
Jumlah 25 100%
Sumber data : data statistic pada kantor tata usaha SMP Negeri 3 Limapuluh tahun ajaran 2008/2009
Dalam setiap lembaga harus memiliki tingkatan jabatan atau sistem kepemimpinan, agar lembaga tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Dengan adanya sistem kepemimpinan dan jabatan yang dimiliki oleh setiap personil dari suatu lembaga, maka lembaga tersebut dapat berjalan sesuai dengan arah tujuan seluruh anggota. Demikian juga dengan guru dan staff tatausaha di SMP Negeri 3 Limapuluh. Adapun Keadaan Guru dan Staf Tata Usaha SMP Negeri 3 Limapuluh
Dilihat Dari Jabatan adalah sebagai berikut:



Tabel 2
Keadaan Guru dan Staf Tatausaha SMP Negeri 3 Limapuluh
Dilihat Dari Jabatan
No Jabatan Frekwensi %
1 Kepala sekolah 1 4%
2 Wakil kepala sekolah 1 4%
3 Guru 18 72%
4 Tata Usaha 3 12%
5 Pustakawan 1 4%
6 Pembantu umum 1 4%
Jumlah 25 100%
Sumber data : data statistic pada kantor tata usaha SMP Negeri 3 Limapuluh tahun ajaran 2008/2009
SMP Negeri 3 Limapuluh kabupaten batubara memiliki 25 tenaga pendidik dan staf tatausaha. Tetapi tidak semuanya pegawai negeri sipil, melainkan sebagian guru dan staf tatausaha masih berstatus sebagai guru honor atau komitte sekolah. Untuk mengetahui lebih jelas tentang status pegawai guru dan staf tatausaha SMP Negeri 3 Limapuluh, maka kami paparkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3
Status Pegawai Guru dan Staf Tata Usaha SMP Negeri 3 Limapuluh
No Status Frekwensi %
1 PNS 15 60%
2 Honor/ Komitte sekolah 10 40%
Jumlah 25 100%
Sumber data : data statistic pada kantor tata usaha SMP Negeri 3 Limapuluh tahun ajaran 2008/2009
Dengan adanya tenaga pengajar yang berlatar belakang pendidikan sarjana, serta staff tata usaha yang memadai diharapkan dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 3 Limapuluh. sehingga siswa dapat meraih prestasi secara maksimal.
3. Keadaan Sarana Dan Fasilitas
Sarana dan fasilitas merupakan komponen yang sangat mendukung tercapainya proses pembelajaran yang baik, sarana dan fasilitas ini meliputi seluruh perangkat yang diperlukan bagi kelangsungan proses pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kurikulum sekolah. Demikian juga halnya SMP Negeri 3 Limapuluh, untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan sarana dan fasilitas yang ada disekolah ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4
Keadaan Sarana Dan Fasilitas SMP Negeri 3 Limapuluh
No Sarana dan Fasilitas Jumlah Keadaan
1 Ruang kepala sekolah 1 Unit Baik
2 Ruang guru dan tata usaha 1 Unit Baik
3 Ruang belajar 10 Unit Baik
4 Perpustakaan 1 Unit Baik
5 WC guru 2 Unit Baik
6 WC siswa 6 Unit Baik
7 Mesin tik 3 Unit Baik
8 Mesin fotocopy manual 1 Unit Baik
9 Computer 1 Unit Baik
10 Papan pengumuman 1 Unit Baik
11 Papan statistik 4 Unit Baik
12 Sarana olah raga:
• Lapangan Volly
• Tenis meja
• Lapangan badminton Baik
Baik
Baik
Baik
13 Alat-alat pramuka Tersedia Kurang baik
14 Kantin 3 unit Baik
15 Mushallah 1 unit Baik
Sumber data : data statistic pada kantor tata usaha SMP Negeri 3 Limapuluh tahun ajaran 2008/2009


4. Keadaan Siswa
Siswa atau peserta didik merupakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa adalah subjek sekaligus objek yang akan dihantarkan kepada tujuan pendidikan. Adapun yang perlu diperhatikan bagi sekolah terhadap siswa adalah bagaimana semangat dan motivasi siswa tumbuh dan sesuai dengan tujuan pendidikan. Demikian halnya dengan SMP Negeri 3 Limapuluh yang berjumlah 405 siswa, untuk mengetahui keadaan siswa SMP Negeri 3 Limapuluh dapat kita lihat pada tabel berikut ini
Tabel 5
Keadaan Siswa SMP Negeri 3 Limapuluh
No kelas Jumlah Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1
2
3 VII
VIII
IX 3
4
3 55 orang
84 orang
65 orang 66 orang
76 orang
59 orang 121 orang
160 orang
124 orang
Jumlah 204 orang 201 orang 405 orang
Sumber data : data statistic pada kantor tata usaha SMP Negeri 3 Limapuluh tahun ajaran 2008/2009

B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok individu tertentu yang memiliki karakteristik umum yang menjadi pusat perhatian peneliti. Populasi dapat berupa semua individu yang memiliki pola kelakukan tertentu atau sebahagian dari kelompok itu. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SLTPN. 3 Limapuluh yang berjumlah 405 siswa. Berdasarkan jumlah populasi yang demikian besar, keterbatasan waktu, kemampuan dan dana yang tersedia maka penulis mengambil sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh Donald Ary bahwa:
“Penarikan sampel sangat di perlukan oleh peneliti lazimnya karena keterbatasan waktu, uang dan upaya yang ada, lagi pula untuk memahami gejala yang ingin diteliti, penarikan sampel memungkinkan peneliti menyelidiki sebahagian dari populasi”.

Sampel adalah cara pengumpulan data dengan jalan mencatat atau meneliti sebagian kecil saja dari seluruh elemen yang menjadi penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah cara pengumpulan data dengan mencatat atau meneliti sampelnya saja dan dianggap dapat mempresentasekan atau mewakili populasi. Untuk mengambil sampel dalam penelitian ini, peneliti berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan:
“Untuk sekedar ancar-ancar maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, jika subjeknya besar atau lebih dari sertus, maka dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih”.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil 10% dari populasi untuk dijadikan sample sehingga, 405 x 10% = 41 siswa. Dalam pengambilan sample, penulis menggunakan sistem random sampling yaitu pengambilan sample secara acak.




C. Definisi Operasional
1. Yang dimaksud dengan pengetahuan tentang standar ujian nasional (UN) dalam penelitian ini ialah: informasi yang diketahui siswa tentang standar operasional dalam kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi siswa secara nasional.
2. Yang dimaksud dengan Motivasi belajar dalam penelitian ini ialah: suatu kekuatan yang mendorong diri siswa untuk belajar.

D. Sumber Data
Berdasarkan sumber perolehan data dilapangan, maka data yang dihimpun dalam penelitian ini dibagi kepada 2 bagian yaitu :
1. Sumber data primer, yaitu data utama yang diperoleh dari siswa SMPN. 3 Limapuluh yang ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini.
2. Sumber data sekunder, yaitu data pelengkap sebagai pendukung dalam penelitian ini yang dipeoleh dari :
• Pimpinan SMPN. 3 Limapuluh dan tenaga pengajar /guru
• Tata usaha (petugas administrasi)
• Arsip/ dokumentasi yang mendukung penelitian.


E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel, pertama variabel bebas yakni pengetahuan tentang standar ujian nasional dan kedua, variabel terikat yaitu motivasi belajar.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket: yaitu mengadakan serangkaian pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan alternatif jawaban, kepada responden yang telah ditetapkan sebagai sampel. Kisi-kisi dari angket yang disebarkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 6
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Standar Ujian Nasional
Terhadap Motivasi Belajar
No. Variabel Indikator Item
1 X, Pengetahuan Tentang Standar Ujian Nasional
a. Syarat UN 1 dan 2
b. Mata pelajaran yang diujikan 3 dan 4
c. Materi yang diujikan
• B. Indonesia
• B. Inggris
• Matematika
• IPA 5 dan 6
7 dan 8
9 dan 10
11 dan 12
d. Standar nilai kelulusan 13 - 15
2 Y, Motivasi Belajar e. Motivasi Intern
• fisik
• psikis
• bakat
16, 17, 18
19, 20, 21
22 dan 23
f. Motivasi Ekstern
• keluarga
• sekolah
• sarana/fasilitas
24,25,26
27 dan 28
29 dan 30

G) Tehnik Analisa Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dan dianalisa dengan 2 cara yaitu:
1. Data yang bersifat deskriptif akan dianalisa dengan mengurai data-data yang diperoleh dan memberi tanggapan terhadap data-data tersebut melalui logika berpikir deduktif dan induktif, dengan beberapa referensi.
2. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram kemudian diolah dan dianalisa dengan rumus statistik.
Tehnik pengolahan data dan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis yang diperoleh yaitu data kuantitatif. Data kuantitatif diolah dan dianalisa dengan menggunakan rumus statistic. Sedangkan teknik analisa data dalam penelitian ini digunakan rumus Chi Kwadrat dan Koefisien Kontingensi (KK). Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Menentukan menentukan pengkategorian tinggi, sedang dan rendah, untuk masing-masing variabel, yaitu standar ujian nasional dan motivasi belajar siswa.
b) Penentuan harga Chi Kwadrat yang disesuaikan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yaitu:
Untuk menentukan harga chi kwadrat maka digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
= Harga chi kuadrat
fo = Frekwensi yang diperoleh berdasarkan data
fh = Frekwensi yang diharapkan

Untuk mengukur kuatnya pengaruh dipakai rumus :

Keterangan:
KK = Korelasi kontigensi
X2 = Harga chi kuadrat
N = Banyaknya data dan sample.”
Mengukur kuatnya kaitan sarana belajar dengan motivasi belajar siswa SMP Negeri 3 Limapuluh digunakan rumus :

Keterangan:
= koefisien korelasi
= harga chi kwadrat
N + banyak sample.

H. Sistematika Pembahasan
Untuk mencapai tujuan penelitian diatas, penulis membuat sistematika pembahasan yang dibagi tiga bab, yang setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisikan, Latar Belakang Masalah, Indentifikasi Masalah, Pembahasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan manfaat penelitian.
Bab II merupakan bab Landasan Teori yang berisikan, latar belakang ujian nasional, Pengertian ujian nasional, pengertian motivasi, motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik, hipotesa penelitian.
Bab III merupakan Metode Penelitian yang berisikan lokasi penelitian, Populasi dan Sampel, Instrumen Pengumpulan Data, Tehnik Pengumpulan Data, Analisa Data dan Sistematika Pembahasan.




BAB IV
PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA
1) Variabel X, Pengetahuan Tentang Stantadar Ujian Nasional
Setelah angket disebarkan pada siswa maka terdapat data sebagaimana terdapat pada lampiran 4. data tersebut kemudian diolah dan disajikan dalam tabel distribusi kelompok. Penggunaan tabel distribusi kelompok karena banyak data lebih dari 30. adapun tabel nilai frekwensi pengetahuan tentang standar ujian nasional adalah sebagai berikut:
Gambar 1
Diagram Batang Variabel X, Pengetahuan Tentang Standar Ujian Nasional

Untuk membuat tabel distribusi kelompok terlebih dahulu dicari hal-hal sebagai berikut:
Range = data tertinggi – data terendah
= 41 – 27
= 14
Banyak kelas = 1 + 3,3 Log n
= 1 + 3,3 Log 41
= 6,3 banyak kelas diambil 6
Panjang kelas =
=
= 2,33 panjang kelas diambil 2
Tabel 7
Tabel Distribusi Frekwensi Pengetahuan Tentang Stantadar Ujian Nasional
No Nilai f F X X
fX f X

1 27 – 28 2 2 27,5 756,25 55 1512,5
2 29 – 30 0 2 29,5 870,25 0 0
3 31 – 32 4 6 31,5 992,25 126 3969
4 33 – 34 3 9 33,5 1122,25 100,5 3366,75
5 35 – 36 7 16 35,5 1260,25 248,5 8821,75
6 37 – 38 14 30 37,5 1406,25 525 19687,5
7 39 – 40 6 36 39,5 1560,25 237 9361,5
8 41 – 42 5 41 41,5 1722,25 207,5 8611,25
Jumlah 41 276 9690 1499,5 55330,25

Dari tabel distribusi kelompok diatas dapat dihitung rata-rata, modus, median, varians dan standar deviasi sebagai berikut:
• Rata-rata
=
=
= 36,57
• Modus
Mo = Bb + P
= 36,5 + 2
= 37,43
• Median
Me = Bb + P
= 36,5 + 2
= 37,15
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata sebesar 36,57 nilai modus 37,43 dan nilai median 37,15. Diketahui bahwa nilai rata-rata, modus dan median tidak begitu jauh berbeda, hal ini dapat dijadikan indikator bahwa sebaran data variabel pengetahuan tentang standar ujian nasional membentuk distribusi normal.
• Varians
=
=
= 12,2
• Standar deviasi
S =
=
= 3,5
Dapat diketahui varians atau keberagaman data sarana belajar siswa sebesar 12,2 dan simpangan baku sebesar 3,5. Dari rata-rata dan simpangan baku tersebut dapat diketahui pengkategorian siswa mengenai pengetahuan tentang standar ujian nasional di SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 8
Persyaratan Pengkategorian Data Pengetahuan
Tentang Standar Ujian Nasional
Kategori Pengetahuan Tentang
Standar (UN) Persyaratan
Tinggi > Rata-rata + Standar Deviasi (SD)
Sedang Rata-rata – SD s/d Rata-rata + SD
Rendah < Rata rata – Standar Deviasi (SD)

Dari tabel syarat pengkategorian pengetahuan tentang standar ujian nasional diatas dapat diketahui pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional di SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 9
Pengkategorian Pengetahuan Tentang Standar Ujian Nasional
Kategori Persyaratan Frekwensi Persentase
Tinggi > 40,07 5 12,1 %
Sedang 33,07 s/d 40,07 27 65,8 %
Rendah < 33,07 9 21,1 %
Jumlah 41 100%

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki pengetahuan tentang standar ujian nasional di SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara termasuk kategori tinggi sebanyak 5 orang atau 12,1%, siswa yang termasuk kategori berpengetahuan rendah sebanyak 9 orang atau 21,1%. sedangkan siswa yang termasuk kategori berpengetahuan sedang sebanyak 27 siswa atau 65,8%.

2) Variabel Y, Motivasi Belajar
Setelah angket disebarkan pada siswa maka didapat data motivasi belajar siswa sebagaimana terdapat pada lampiran 5. data tersebut kemudian diolah dan disajikan dalam tabel distribusi kelompok. Penggunaan tabel distribusi kelompok karena banyak data lebih dari 30. adapun tabel dari data motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:
Gambar 2
Diagram Batang Variable Y, Motivasi Belajar Siswa

Untuk membuat tabel distribusi kelompok terlebih dahulu dicari hal-hal sebagai berikut:
Range = data tertinggi – data terendah
= 45 – 36
= 9
Banyak kelas = 1 + 3,3 Log n
= 1 + 3,3 Log 41
= 6,3 banyak kelas diambil 6
Panjang kelas =
=
= 1,5 panjang kelas diambil 2


Tabel 10
Tabel Distribusi Frekwensi Motivasi Belajar Siswa
No. Nilai f F X X
fX f X

1 36 – 37 2 2 36,5 1332,25 73 2664,5
2 38 – 39 3 5 38,5 1482,25 115,5 4446,75
3 40 – 41 16 21 40,5 1640,25 648 26244
4 42 – 43 8 29 42,5 1806,25 340 14450
5 44 – 45 12 41 44,5 1980,25 534 23763
Jumlah 41 202,5 8241,25 1710,5 71568,25

Dari tabel distribusi kelompok diatas dapat dihitung rata-rata, modus, median, varians dan standar deviasi sebagai berikut:
• Rata-rata
=
=
= 41,7
• Modus
Mo = Bb + P
= 39,5 + 2
= 40,7


• Median
Me = Bb + P
= 39,5 + 2
= 41,4
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata sebesar 41,7 nilai modus 40,7 dan nilai median 41,4. Diketahui bahwa nilai rata-rata, modus dan median tidak begitu jauh berbeda, hal ini dapat dijadikan indikator bahwa sebaran data variabel motivasi belajar siswa membentuk distribusi normal.
• Varians
=
= = 5,2
• Standar deviasi
S =
=
= 2,3
Dapat diketahui varians atau keberagaman data sarana belajar siswa sebesar 5,2 dan simpangan baku sebesar 2,3. dari rata-rata dan simpangan baku tersebut dapat diketahui pengkategorian motivasi belajar siswa SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 11
Persyaratan Pengkategorian Data Motivasi Belajar Siswa
Kategori Motivasi Belajar Siswa Persyaratan
Tinggi > Rata-Rata + Standar Deviasi (SD)
Sedang Rata-rata – SD s/d rata rata + SD
Rendah < rata rata – standar deviasi (SD)

Dari tabel syarat pengkategorian motivasi belajar siswa SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 12
Pengkategorian Motivasi Belajar Siswa
Kategori Persyaratan Frekwensi Persentase
Tinggi > 44 8 19,5 %
Sedang 39,4 s/d 44 28 68,3 %
Rendah < 39,4 5 12,2 %

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara termasuk kategori tinggi sebanyak 12 orang atau 29,3% siswa yang memiliki motivasi rendah sebanyak 5 orang atau 12,2% sedangkan siswa yang termasuk kategori memiliki motivasi sedang sebanyak 24 siswa atau 58,5%.
Untuk lebih memudahkan dalam mengetahui bagaimana keadaan pengetahuan tentang standar ujian nasional dan motivasi belajar siswa SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara, dapat dilihat pada tabel rangkuman dari kedua variabel tersebut:
Tabel 13
Rangkuman Pengkategorian Data Kedua Variabel Penelitian
Kategori Frekwensi Presentase
Pengetahuan UN Motivasi Pengetahuan UN Motivasi
Tinggi 5 8 12,2% 19,5%
Sedang 27 28 65,7% 68,3%
rendah 9 5 21,1% 12,2%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada kategori tinggi pengetahuan tentang standar ujian nasional sebesar 7,3% sedangkan motivasi belajar sebesar 29,3%. Dan pada kategori rendah pengetahuan tentang standar ujian nasional sebesar 29,3% sedangkan motivasi belajar sebesar 12,2%.

B. PENGUJIAN HIPOTESA
Pengujian hipotesa dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesa yang diajukan pada bab II di terima atau ditolak. Pengujian hipotesa ini dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Kwadrat sebagaimana yang telah dinyatakan pada bab III. pada bagian sub bab terdahulu, penulis telah merumuskan hipotesa yang menyatakan bahwa, ada hubungan positif antara pengetahuan tentang standar ujian nasional dengan motivasi belajar siswa. Hipotesa ini akan diuji kebenarannya dengan menggunakan teknik pengolahan data pada bab terdahulu. untuk pengujian hipotesa dimulai dari tabel silang sebagai berikut:




Tabel 14
Tabel Silang Antara Pengetahuan Tentang Standar Ujian Nasional
Dengan Motivasi Belajar Siswa
No. Pengetahuan UN Motivasi belajar Total
Tinggi Sedang Rendah
1 Tinggi 1 4 0 5
2 Sedang 2 23 2 27
3 rendah 5 1 3 9
Jumlah 8 28 5 41

Untuk menghitung chi kwadrat diperlukan fh (frekwensi harapan) untuk masing-masing kelompok (kontingensi dengan menggunakan rumus: x total kolom
keterangan:
N = jumlah sampel
Dengan menggunakan rumus tersebut maka fh untuk masing-masing kelompok (kontingensi) dapat dihitung sebagai berikut:
• x 8 = 0,97 x 5 = 3,30
• x 28 = 3,41 x 8 = 1,76
• x 5 = 0,60 x 28 =6,15
• x 8 = 5,27 x 5 = 1,02
• x 28 = 18,44
Dari perhitungan diatas, maka diperoleh harga frekwensi observasi (fo) dan harga frekwensi harapan (fh). dari masing-masing harga ini akan dimasukkan dalam tabel kerja yang tujuannya adalah untuk memperoleh suatu analisa bahwa antara frekwensi pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional mempunyai hubungan terhadap frekwensi motivasi belajar siswa.
Berhubung fh masing-masing kontingensi telah diketahui dan frekwensi hasil observasi fo juga telah diketahui, sebagaimana pada tabel diatas. berdasarkan tabel tersebut maka nilai chi kwadrat dapat dihitung dengan menggunakan tabel kerja sebagai berikut:

Tabel 15
Tabel Kerja Menghitung Chi Kwadrat
No Pengetahuan UN Motivasi belajar fo fh

1 Tinggi Tinggi
Sedang
Rendah 1
4
0 0,97
3,41
0,6 0,01
0,10
0,60
2 Sedang Tinggi
Sedang
Rendah 2
23
2 5,27
18,44
3,30 2,02
1,12
0,51
3 Rendah Tinggi
Sedang
Rendah 5
1
3 1,76
6,15
1,02 5,96
4,31
3,84
Jumlah 41 41,01 18,47


Rumus untuk mencari chi kwadrat adalah:
Dengan menggunakan rumus tersebut diatas maka harga adalah 18,47 dan untuk mencari harga kritiknya diperlukan derajat bebas (db) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
db = (k - 1)(b - 1)
keterangan :
k = banyak pengkategorian tingkatan pengetahuan UN
b = banyak pengkategorian tingkatan motivasi belajar.
Maka harga db adalah (3 – 1)(3 – 1) = 4 jadi harga kritik untuk db 4 adalah 13,3 untuk interval kepercayaan 99% ( lihat lampiran tabel harga kritik untuk chi kwadrat). Menurut ketentuan penerimaan hipotesa dalam analisa statistik ialah diterima apabila hipotesa alternatif (ha) yang dihitung sama atau lebih besar dari harga kritiknya ( , dan ternyata harga chi kwadratnya lebih besar dari harga kritiknya yang tersedia (18,47 > 13,3). dengan demikian maka hipotesa penulis diterima dan diyakini kebenaranya dengan taraf kepercayaan 99%, oleh sebab itu dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional mempunyai hubungan dengan motivasi belajar siswa.




C. PEMBAHASAN
Ujian Nasional (UN) merupakan kegiatan pengukuran kompetensi peserta didik dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional. Untuk itu dilakukan evaluasi yang memiliki standar nasional diseluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan adanya standar nilai kelulusan ini mengharuskan siswa untuk memiliki pengetahuan tentang standar ujian nasional agar dapat mengetahui prosedur dan standar nilai kelulusan UN. Standar nilai kelulusan dapat memotivasi siswa untuk melakukan aktifitas belajar yang maksimal, demi tujuan mencapai nilai standar kelulusan UN. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman AM bahwa motivasi akan dirangsang oleh tujuan.
Berdasarkan pengujian hipotesa dalam penelitian ini, dapat kita ketahui bahwa hipotesa demikian maka hipotesa penulis diterima dan diyakini kebenaranya dengan taraf kepercayaan 99%, oleh sebab itu dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional mempunyai hubungan dengan motivasi belajar siswa.
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan pengetahuan siswa tentang UN dengan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan mencari korelasi antara kedua variabel tersebut. koefisian korelasi yang digunakan adalah koefisien korelasi Phi dengan pertimbangan agar korelasi tersebut dapat diinterpretasikan dengan koefisien korelasi product moment pearson.
...
Dengan menggunakan rumus diatas maka dapat dihitung harga phi yaitu:

=
= 0,672
Dari perhitungan diatas didapat bahwa korelasi atau hubungan antara pengetahuan tentang standar UN dengan motivasi belajar siswa adalah sebesar 0,672. Tingkat hubungan ini termasuk pada hubungan sedang. hal ini berdasarkan interpretasi besarnya angka korelasi variabel X dan Y yang merujuk pada pedoman yang dikemukakan oleh anas sudijono dalam bukunya “Pengantar Statistik Pendidikan” sebagai berikut:
“Apabila besarnya angka korelasi antara 0,00 – 0,20 maka terdapat korelasi antara variabel X dan Y sangat lemah atau dapat dianggap tidak ada korelasi
Apabila besarnya angka korelasi antara 0,21 – 0,40 maka terdapat korelasi antara variabel X dan Y yang lemah atau rendah
Apabila besarnya angka korelasi antara 0,41 – 0,70 maka terdapat korelasi antara variabel X dan Y yang sedang
Apabila besarnya angka korelasi antara 0,71 – 0,90 maka terdapat korelasi antara variabel X dan Y yang tinggi atau kuat
Apabila besarnya angka korelasi antara 0,91 – 1,00 maka terdapat korelasi antara variabel X dan Y yang sangat kuat atau sangat tinggi.”

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional (UN) terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara, dapat dilakukan dengan mencari indeks determinasi atau koefisien penentu. Adapun rumus koefisien penentu adalah sebagai berikut:
KP = r2 x 100%
Keterangan :
KP : koefisien penentu atau koefisien determinasi korelasi
r : koefisien korelasi
Dari perhitungan sebelumnya didapat koefisien korelasi ( ) sebesar 0,672 maka didapat indeks determinasi koefisien korelasi adalah :
= (0,672)2 x 100%
= 45,12 %
Dengan demikian dapat diketahui bahwa pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional (UN) mempengaruhi 45,12% motivasi belajar siswa SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional mempunyai hubungan yang positif terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara. Berdasarkan penelaitian ini diketahui bahwa koefisien korelasi sebesar 0,672. Korelasi ini termasuk pada korelasi sedang. Besarnya indeks determinasi antara variabel pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional (UN) terhadap motivasi belajar siswa adalah sebesar 45,12%. Hal ini menunjukan bahwa apabila pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional semakin tinggi maka motivasi belajar siswa akan mengalami peningkatan.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan pada bab IV maka dapat ditarik kesimpulan. Kemudian untuk menjadikan penelitian ini mempunyai nilai praktis maka diberikan saran-saran yang harus diperhatikan oleh siswa, guru dan kepala sekolah SMP Negeri 3 Limapuluh kabupaten Batubara. Adapun kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Kesimpulan
a) Rata-rata skor angket pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional (UN) adalah 36,57. Sebanyak 27 siswa atau 65,8% memiliki pengetahuan sedang, dan sebanyak 5 siswa atau 12,1% memiliki pengetahuan tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki pengetahuan rendah tentang standar ujian nasional sebanyak 9 siswa atau 21,1% dengan demikian dapat diketahui bahwa pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional termasuk ada kategori sedang.
b) Rata-rata motivasi belajar siswa adalah 41,7 dengan mayoritas siswa memiliki motivasi yang sedang sebanyak 28 siswa atau 68,3 % dan yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 8 siswa atau 19,5%. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah sebanyak 5 orang atau 12,2%. Maka daru itu dapat disimpulkan bahwa siswa SMP Negeri 3 Limapuluh memimilki motivasi belajar sedang.

c) Harga chi kwadrat sebesar 18,47 maka dapat diartikan terdapat hubungan positif yang sedang antara pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional dengan motivasi belajar siswa sebesar 0,672 pada tingkat kepercayaan 95% maupun 99%.
d) Pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional mempunyai pengaruh sebesar 45,12% terhadap motivasi belajar siswa.

B. Saran-saran
Adapun saran yang harus diperhatikan baik itu guru, kepala sekolah maupun siswa SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara adalah sebagai berikut:
Diharapkan kepada kepala sekolah SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara dapat meningkatkan sarana belajar dan media yang dapat menunjang pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional dan meningkatkan pengetahuan tentang UN karena setiap tahun terdapat perubahan prosedur UN. Karena berdasarkan penelitian ini, pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional memiliki hubungan dan pengaruh positif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
1. Diharapkan kepada kepala sekolah SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara dapat meningkatkan sarana belajar dan media yang dapat menunjang pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional dan meningkatkan pengetahuan tentang UN karena setiap tahun terdapat perubahan prosedur UN. Karena berdasarkan penelitian ini, pengetahuan siswa tentang standar ujian nasional memiliki hubungan dan pengaruh positif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. diharapkan kepada guru SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara dapat memberikan pengetahuan kepada siswa tentang standar ujian nasional baik bahan maupun prosedur pelaksanaan disela-sela mengajar.
3. Bagi siswa SMP Negeri 3 Limapuluh Kabupaten Batubara, hendaknya dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang standar ujian nasional dan belajar dengan maksimal, karena setiap tahunnya standar kelulusan UN semakin meningkat.


















PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG STANDAR UJIAN NASIONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
SMP NEGERI 3 LIMAPULUH KABUPATEN BATUBARA

SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan
Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)
Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh
MISWANTO
NIM: 31.04.22713


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pembimbing I Pembimbing II




Dra. Nurmawati, MA
NIP. 150 239 021




Drs. Amiruddin Siahaan, M.Pd
NIP. 150 268 001


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Tidak ada komentar: